
Jakarta – Calon presiden nomor urut satu Anies Baswedan mendapat dukungan dari Abu Bakar Ba’asyir (ABB), ulama yang pernah menjadi pemimpin kelompok ekstremis di balik bom Bali 2002, serangan teroris paling mematikan di Indonesia.
Dikutip dari Nikkei Asia, Selasa (30/1/2024), dalam rekaman audio yang menjadi viral di media sosial bulan ini, Abu Bakar Ba’asyir (85) menggambarkan mantan Gubernur DKI Jakarta sebagai kandidat yang akan berusaha memerintah Indonesia dengan hukum Islam semaksimal mungkin.
Dukungan tersebut muncul hanya beberapa minggu sebelum negara berpenduduk mayoritas muslim terbesar di dunia itu mengadakan pemilu.
Para analis mengungkapan meski kehadiran ulama tersebut dapat membantu Anies meraup suara, dukungan resmi Abu Bakar Ba’asyir dan tokoh agama garis keras lainnya dapat menjadi bumerang bagi Anies di negara dengan puluhan juta pemilih muslim moderat dan non-muslim.
Peneliti senior Pusat Kajian Radikalisme dan Deradikalisasi Muhamad Taufiqurrohman mengatakan deklarasi Abu Bakar Ba’asyir akan berdampak buruk bagi Anies karena semakin memperkuat pandangan masyarakat bahwa Anies adalah bapak politik identitas yang didukung kelompok radikal.
“Abu Bakar mendukung Anies karena ia memandang Anies sebagai calon presiden yang paling mungkin mendukung penerapan hukum syariah dan pembentukan kekhalifahan di Indonesia,” kata Muhamad Taufiqurrohman di Jakarta.
Negara kepulauan berpenduduk 274 juta jiwa ini tidak menerapkan syariah di luar provinsi konservatif Aceh, ketika hukum Islam diperbolehkan berdasarkan otonomi yang disepakati pemerintah pusat untuk mengakhiri pemberontakan yang telah berlangsung selama puluhan tahun.
Kelompok garis keras, termasuk Jemaah Islamiyah (JI), yang didirikan Abu Bakar Ba’asyir telah bertahun-tahun melancarkan serangan mematikan, termasuk terhadap warga sipil, dalam perjuangan mereka mendirikan negara berdasarkan hukum Islam.
Abu Bakar Ba’asyir membantah terlibat dalam serangan di Bali, yang menewaskan 202 orang ketika bom menghancurkan dua klub malam. Pada 2021, Abu Bakar Ba’asyir dibebaskan setelah 1 dekade dipenjara karena hubungannya dengan kamp pelatihan militan di Aceh.
Saat dihubungi, tim kampanye Anies mengatakan kepada Nikkei Asia tidak ada komentar. “Untuk saat ini, belum ada komentar resmi,” kata tim kampanye Anies yang tidak mau disebut namanya.
Abu Bakar Ba’asyir bukan satu-satunya tokoh garis keras yang mendukung calon presiden tersebut. Anies juga mendapat dukungan dari Abdul Somad, ulama yang ditolak masuk ke Singapura pada 2022 karena disebut sebagai tokoh penyebar ajaran ekstremis dan segregasionis.
“Dukungan dari ulama garis keras berfungsi sebagai pengingat bagi komunitas non-muslim di Indonesia dan muslim moderat mengenai apa yang dilakukan Anies terhadap Ahok pada 2017, dan akan menghalangi (mereka) untuk memilih,” kata Alexander Arifianto, peneliti senior di S Rajaratnam School of International Studies (RSIS) yang berbasis di Singapura.
Anies memenangi Pilgub Jakarta pada 2017 dengan menyasar pemilih konservatif dan tampil di rapat umum dengan para pemimpin Islam garis keras yang berkampanye untuk menggulingkan saingannya, Basuki “Ahok” Tjahaja Purnama, yang saat itu merupakan orang Kristen keturunan Tionghoa pertama yang memegang jabatan puncak di kota tersebut.